May 28, 2017

Berburu Hunian!

Salam,

Alhamdulillaah, Allah masih memberikan umur dan kesehatan untuk kita semua bertemu dengan bulan suci Ramadhan tahun ini. 

Tahun ini, adalah tahun ketiga saya dan suami. Dari awal menikah, alhamdulillaah selalu bisa menjalani bulan Ramadhan bareng. Perlu banget bersyukur, karena tidak semua pasangan bisa menghabiskan waktu bersama. Ada yang saat bulan puasa, masih harus LDR dengan pasangannya. Percayalah hubungan-jarak-jauh itu bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani oleh semua orang. 

Awal menikah dulu, cuma sempat LDR 6 bulan, dan itu rasanya.. capek! Salut untuk yang bisa sabar dan tabah menjalin hubungan seperti itu. 

Oh ya, in syaa Allah, setelah ribuan doa dan ikhtiar, Allah mengijabah lagi salah satu doa kami. Rezeki yang kami tidak pernah sangka, akan lebih dulu di-iya-kan oleh Allah. Ceritanya, sudah sejak awal tahun, tekad kami untuk memiliki hunian sendiri semakin kuat. Kami pun mulai cari informasi kesana kemari, meninjau beberapa lokasi, hingga datang ke pameran properti. Ada yang lokasinya bikin kami langsung jatuh cinta, tapi begitu pegang brosurnya, kayak diselingkuhin padahal masih hubungan-tanpa-status, hancur. Mahal bener kak! Haha.. 

Anggaran dana terbatas, apalagi bisa dibilang kami ini single income. Nama belakang kami pun bukan Bakrie atau Sadino, jadi impian boleh tinggi tapi kaki harus tetap bisa menapak tanah. Sadar diri aja, jangan minta rumah harga selangit. Sounds simple huh? Punya anggaran, tinggal cari yang sesuai. Nyadak bagitu jo kenyataannya. Rumah orang tua yang nyaman, tetap sedikit banyak membayang-bayangi kami. Harga 350 hingga 400 juta itu sebenarnya harusnya kita sudah bisa dapat hunian yang baik kok. Dinding sudah bata, lantai sudah pakai keramik, sudah ada listrik, lalu apa lagi?

Inilah yang akan saya sebut tantangan. Ada nih rumah on budget, tapi "kok jalurnya gak bisa dilalui mobil ya?", "nanti kalau orang tua mau berkunjung, parkir dimana?", "duh, kok lingkungan tetangganya agak kurang bersih yah?", "hmm, akses kompleknya terlalu banyak deh, nanti aman gak?", dan berbagai pertanyaan lainnya yang bikin hati makin galau menentukan pilihan.

Darimana semua keraguan itu muncul? Karena pengaruh lingkungan kita sebelumnya, demikian menurut kami. Patokan ideal itu terbentuk dari kehidupan yang sudah kita miliki sebelumnya. Hal itu tidak salah, hanya dalam kasus kami ini, memunculkan banyak sekali pertimbangan tiap survei ke lokasi calon hunian. 


The first step toward change is awareness. The second step is acceptance.

Yup! Sadari dan terima.
Kunci utama buat pencari hunian dengan dana seadanya :)) Gak mudah tentunya, tapi begitu 'tantangan' itu bisa kamu atasi dengan baik bersama pasangan. In syaa Allah langkah selanjutnya akan terasa lebih ringan. Oh iya, namanya dua manusia, ada dua pemikiran, ada dua latar belakang kehidupan, konflik tentu saja bisa banget terjadi. Let it flow, jangan takut ketemu konflik, yang penting kalian satu tujuan untuk membangun hunian nyaman buat keluarga kecil kalian.

Oh ya, kadang ada juga yang harus bersinggungan dengan problem eksternal pada saat survei rumah. Enyak dan Babeh, aka orangtua. Yaaah, namanya orang tua, mereka selalu ingin anaknya dapat yang terbaik. Nah kadang, beliau-beliau ini ingin pulak lah ikut andil dalam proses anaknya mencari hunian. Intervensi berlebihan bisa juga bikin hati kitorang ciut, jadi harus bijak-bijak berkomunikasi dengan orang tua tentang kemampuan kita ya..



Gambar dari sini


Alhamdulillaah setelah berbagai ups and downs, pilihan kami akhirnya berlabuh juga di satu rumah. Lokasinya masih satu komplek dengan rumah yang kami kontrak sekarang. Rumah kecil di sebuah perumahan kawasan Kabupaten Bandung Barat. Iyaaa, Bandung itu terbagi 3 wilayah, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan satu lagi Kabupaten Bandung Barat. Jadi jangan heran kalau suatu saat kita bakal ketemuan dan yang terlontar adalah "nanti gue ada rencana ke Bandung jam xx, ketemuan ya!", karena gue emang bakal resmi jadi anak Kabupaten Bandung Barat :))

Hidup Bandung Barat! Hidup!
Haha..

Sekarang kami sudah di tahap akhir sebelum serah terima kunci (ciee..), yaitu check list. Kondisi rumah akan dicek oleh konsumen dan segala sesuatu yang dianggap masih kurang baik akan diperbaiki oleh pihak developer. 
Minta doanya ya teman-teman.. Agar segala proses yang kami lalui diberi kelancaran hingga akhir dan rumah ini kelak jadi Baiti Jannati. Aamiin.




Salam,
ALD



No comments: