Keharusan untuk berbuat baik, tidak lantas menjadikan kita pun harus menjadi yang terbaik untuk semua orang. Menjadi yang terbaik adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
Klise memang, baik dan terbaik.
Kenapa harus berbuat baik?
Salah rasanya apabila jawabannya adalah "agar orang lain juga membalas perbuatan baik itu dengan hal yang baik juga."
Berbuat baik bukan sesuatu yang mudah. Bahkan saya pun harus dengan berani mengakuinya.
Di tengah perkembangan zaman yang kian pesat, perangkat elektronik telah mengikis sedikit demi sedikit rasa tenggang rasa serta kepedulian manusia kepada sesamanya, apalagi terhadap tumbuhan serta binatang.
Segelintir orang masih gigih menyuarakan toleransi serta mengingatkan kita akan sebuah kepedulian.
Namun sekali lagi, apakah kita cukup peduli? Bahkan hanya untuk sekedar melihat dan mendengar mereka yang aktif mengingatkan itu?
Sekali lagi perbuatan baik, tidak selalu dapat balasan yang baik.
Riangkan tanganmu, kawan. |
Senang rasanya melihat mereka yang masih peduli untuk menyadarkan sesamanya untuk berbuat baik. Mereka pun rasanya tidak membangun ekspektasi yang tinggi, sesamanya akan dapat segera "disadarkan", namun mereka tidak lantas berhenti berjuang.
Hampir beberapa waktu ke belakang, saya selalu berpikir tentang sebuah hal besar.
Hal besar yang ingin saya wujudkan sesegera mungkin.
Saya akan mengabdikan diri untuk melayani kaum-kaum "tersisihkan", entah itu para wanita pekerja seks komersial, anak-anak jalanan, orang-orang jompo, atau siapa pun yang membutuhkan.
Bekerja dan pendidikan tetap akan saya jalani untuk membekali diri saya menjadi orang yang lebih baik untuk mewujudkan impian saya itu.
Impian adalah langkah pertama menuju keberhasilan.
Di suatu masa, saya dan teman-teman akan menjadi orang-orang yang berguna dan berbuat baik pada sesama. Itu impian saya.
Bismillah.. :)
No comments:
Post a Comment